Rabu, 17 April 2019

Ditulis 13.10 oleh with 0 comment

Pemimpin Kuat dan Amanah


Kenang-kenangan Pemilu 2014. Buku saku dari MUI. Pada pengantarnya menyebut bahwa MUI prihatin pada 1) kemungkinan tingginya golput 2) kemungkinan terganggunya kerukunan 3) kemungkinan terjadinya konflik.

Maka dari itu 1) jangan saling merendahkan 2) jangan saling mengejek 3) jangan saling memberi nama yg tidak baik 4) jangan saling mencari kesalahan 5) jangan saling berprasangka buruk 6) jangan saling menggunjing.

Kriteria memilih pemimpin adalah kuat & amanah. Kuat sebagai panglima perang & penegak hukum. Amanah dipahami takut kpd Allah & tidak memperjualbelikan ayat Allah. Sayangnya kuat & amanah jarang ada dalam satu orang. Jadi perlu skala prioritas.

Untuk kasus perang, orang fasik tapi kuat lebih baik daripada orang soleh tapi lemah. Orang fasik yg kuat menguntungkan umat, karena kefasikannya hanya merugikan diri sendiri. Orang soleh yg lemah, kesolehannya hanya untuk diri sendiri, kelemahannya merugikan umat. Meski begitu diutamakan memilih yg lebih bermanfaat untuk jabatan itu.

Aspek kekuatan: lihat pengalamannya, visi misi, & ketika berhadapan dgn kepentingan asing. Aspek amanah: lihat mana yg lebih aspiratif terhadap umat & konsistensi terhadap janjinya. Jika sama jeleknya pilih yg paling sedikit jeleknya.

Ini adalah kriteria mencerahkan yg akan ku gunakan untuk menentukan ayam mana yg akan kubeleh & ayam mana yg akan kupertahankan. Gak ada hubungannya sama pilpres.
      edit

0 komentar:

Posting Komentar