Sabtu, 22 Agustus 2015

Ditulis 03.36 oleh with 2 comments

Alia (Komik)


Concept Magazine

Judul buku                : Alia (1)
Penulis                      : Djoko Hartanto (produser)
ISSN                         : 977-1979-3626-97

Penerbit                     : PT Concept Media
Tahun terbit              : 2008
Jumlah halaman        : 80
Desain cover             : Reza Ilyasa OF IFS

Beli di                        : Hari Hari Roxy Mas, Jakarta
Harga                        : Rp. 28.000,-
Tanggal beli              : 19 September 2008
Nilai                          : 1,5 dari 5

Sewaktu membaca mengenai akan hadirnya komik Alia di sebuah artikel majalah desain grafis Concept, aku termasuk orang yang gembira dan optimis karena jika komik ini diproduksi oleh majalah sekelas Concept tentu kualitasnya tidak akan main-main. Jadi dengan antusias aku menantikannya. 

Aku mulai ragu ketika menjumpai komik Alia edisi pembuka (jilid 1 dan 2) berada di rak majalah sebuah swalayan (Hari Hari Roxy Mas!) di Jakarta Barat, bukannya toko buku besar. Sesampainya kos (ketika itu aku masih kos) dengan bersemangat aku membacanya, dan...menemukan kapal harapanku kandas. 

Entahlah, perasaanku kini malah terbagi, antara bersyukur tidak membeli jilid 2 sekaligus waktu itu atau justru menyesal kenapa tidak membeli jilid 2 sekalian jika tahu komik Alia ini bakal mandek, tidak jelas kelanjutan nasibnya. Dari janji muluk 6 jilid (season 1), jilid 3-6 tidak pernah diketahui keberadaannya.

Concept Comics
Entah apa yang terjadi, melihat masa depan?
Barangkali penyebab gagalnya Alia adalah karena sifatnya yang mroyek dan memang dilabeli sebagai “proyek.” Proyek yang terlampau ambisius dan penuh idealisme “mimpi komik superhero Indonesia.” Tetapi lupa atau tidak tahu cara mengikat terlampau banyak kepala dalam satu visi idealisme tersebut di kala ia tak berjalan sesuai rencana awal. 

Alia terlalu digadang-gadang bakal menggoncangkan jagad komik sejak sebelum terbit, bahwa ia akan membangkitkan industri komik Indonesia yang lama mati suri. Nyatanya yang membangkitkan kembali komik Indonesia malah “komik humor” Lagak Jakarta-nya Benny dan Mice yang terbit setahun sebelum Alia.

concept majalah desain grafis
Grup band cadas yang digilai penonton musik?
Alia yang sangat diinspirasi serial televisi Heroes menderita dari segala segi, baik penceritaan apalagi teknis. Munculnya sisipan-sisipan ilustrasi (pin up) kuanggap sebentuk ekspresi ketidakpercayaan diri atas ketidakkonsistenan penggarapan gambar (goresan) dan pewarnaan. 

Penulisnya pun melupakan poin penting bahwa banyak hal tidak akan bisa sampai di benak pembaca jika hanya berbentuk tulisan dan visual belaka, yaitu: suara! Grup band cadas dijadikan cerita? Bagaimana bisa menarik jika pembaca hanya bisa membaca lirik lagu band yang tengah tampil live tanpa tahu seperti apa lagunya? 

Belum lagi konsep band “La Palapa” sendiri sangat tumpah ruah idealisme. Dari pilihan namanya saja sudah terasa aroma tersebut. Penampilan panggungnya serba (sok) teatrikal, personel band-nya pun memakai topeng, dan ia ingin pembaca percaya bahwa band ini digilai pendengar musik tanah air? 

Beginilah yang terjadi jika hanya mengandalkan eksposisi. Komik tentu sulit menyamai narasi film. Kekuatan visual komik tidak dimaksimalkan. Keinginan hemat kertas (baca: hemat anggaran) berujung pada penghematan gambar. Akhirnya aku sebagai pembaca sulit memahami apa sebenarnya yang terjadi jika tidak mencoba mengimajinasikan sendiri. Sebagai penutup, aku berani bilang bahwa pembaca komik (kala itu) belum siap dengan genre superhero serius macam Alia begitu juga tim penulisnya. 
      edit

2 komentar:

  1. Hari ini baru aja baca ulang majalah BigBoss & nemu artikel komik ini. Saking penasarannya langsung cari info kenapa proyek besar ini lenyap tanpa jejak & nemu jawabannya disini. Honest review keren!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai, terima kasih sudah mampir. Alia sebetulnya punya potensi, hanya saja waktunya belum tepat. Yang membangkitkan komik superhero Indonesia sendiri adalah Bumi Langit meski itu saja masih terasa mengecewakan.

      Hapus