Senin, 15 Oktober 2018

Ditulis 15.11 oleh with 0 comment

Cikal Bakal Bani Israil


Judul buku                : Cikal Bakal Bani Israil (Father of Israel)
Penulis & ilustrator  : Ibnu Nouval & Saifullah
ISBN                        : -

Penerbit                    : PT Bina Ilmu, Surabaya (Proyek Pengadaan Buku Perpustakaan Dikmenum)
Tahun terbit              : 1985
Jumlah halaman        : 48

Nilai                          : 3 dari 5

Barangkali cukup aneh kalau saat ini, di tengah sentimen anti-asing (baca: xenofobia) yang melanda Indonesia, pernah terbit buku yang disponsori Depdikbud bertema bangsa Israel. Bangsa yang secara teologis dibenci dan diniscayakan menjadi musuh oleh umat Islam. Tidak terkecuali di Indonesia (ataukah terutama di Indonesia?).

Itu sebabnya sewaktu aku masih kecil aku sempat dilanda kebingungan. Apakah Israel yang ada di buku ini adalah orang baiknya (the good guys), berlawanan dengan yang kudengar selama ini. Era 1990-an, masa di mana aku dibacakan (oleh Ibu) dan membaca buku ini, berita di TVRI juga sudah sering mengantagoniskan [negara] Israel atas Palestina.

Adakah toleransi di masa 1980-an jauh lebih baik dari saat ini atau kesadaran identitas agama belum sebegitu meruncing? Mungkin memang benar bahwa reformasi 1998 memberi pengaruh besar terhadap pola pikir rakyat Indonesia akibat longsornya Soeharto. Sekurangnya, seingatku, sentimen anti-Israel sudah dimulai di sejumlah majalah “islami” bawah tanah menjelang akhir 90-an.

Kurasa karena kebencian buta inilah yang membuat kisah [nabi] Yakub tidak akrab di telinga orang beragama Islam. Di situlah peran buku ini.

Buku Cikal Bakal Bani Israil ini menceritakan asal usul bangsa Israel (bani Israil). Di awali dari kelahiran Ishaq (Ishak) putra Ibrahim dengan Sarah. Ishaq menikahi Rifqah dan dikarunia dua putra kembar yang diberi nama Yakub dan Ishu. Namun Rifqah sangat pilih kasih. Dia lebih menyayangi Yakub yang lantas menyemai dengki dalam hati Ishu.

Yakub menyadarinya. Dia kemudian meminta nasehat Ishaq, ayahnya. Sang ayah menyarankan Yakub menyingkir ke negeri Faddan Araam, ke rumah pamannya yang bernama Laban untuk menikahi salah satu dari dua putrinya. Yakub menerima perintah itu dengan taat.

Dari sini petualangannya dimulai. Dan inilah momen yang paling kuingat dari buku ini. Yakub mendapat gelar “Israil” karena dia menempuh perjalanan dari Syam (Palestina) menuju Faddan Araam (di Irak) pada malam hari dengan berjalan kaki, mengunakan bintang-bintang sebagai pedoman arah. Israil artinya adalah orang yang berjalan di malam hari. Ketika siang datang dan sinar matahari mulai memanas, Yakub beristirahat di bawah naungan bongkahan batu besar. Kemudian dia melanjutkan perjalanan di kala gelap. Begitu seterusnya hingga dia tiba di rumah pamannya.


Ilustrasi garapan Saifullah sangat bergaya "luar" yang mana aku suka
Setelah bertemu pamannya, Yakub menyampaikan maksud untuk menikahi salah satu putri pamannya. Pamannya (Laban) menyetujuinya asal Yakub bersedia menggembala biri-biri mereka sebagai mahar perkawinan selama tujuh tahun ke depan. Iya, benar. Tujuh tahun demi seorang gadis!

Sesudah tujuh tahun berlalu, Laban memenuhi janji. Yakub dinikahkan dengan putri pertamanya, Laya. Tetapi Yakub menyampaikan bahwa dia sebenarnya berharap dinikahkan dengan Rahil (adik Laya) yang lebih cantik. Laban mengerti namun adat memang melarang seorang adik menikah mendahului kakaknya. Untuk itu Yakub harus menggembala biri-biri [lagi] selama tujuh tahun [lagi] jika mau mempersunting Rahil. Yakub menyanggupi.

Untuk tujuh tahun kemudian Yakub menjalani karir sebagai gembala dengan sabar. Setelah total 14 tahun dia akhirnya bisa menikahi Rahil, perempuan impiannya. Bayangkan! 14 tahun! Malu hukumnya kalau kamu sudah menyerah hanya dalam hitungan hari.

Jadi hikmahnya adalah, selain pantang mengeluh, ada baiknya kamu tidak minta secara spesifik anak orang mana yang akan kamu persunting. Siapa tahu nasibmu semujur Yakub. Sebab bukan hanya dia beristri dua bersaudari. Yakub juga menikahi dua pelayan mereka, Zulfah dan Balhah.


Tampil dwi bahasa (Indonesia dan Inggris). Yang kalau dicermati, bahasa Inggrisnya cukup alakadarnya. Mungkin dimaksudkan sebagai sarana belajar bahasa Inggris.

Dari empat istri ini lahirlah dua belas anak yang dikenal dengan nama Bani Israil. Dua di antaranya adalah Yusuf dan Bunyamin (anak Yakub dengan Rahil). Meninggalnya Rahil, membuat Yakub—lagi-lagi seperti ibunya dahulu—lebih menyayangi keduanya yang kelak berujung pada dibuangnya Yusuf oleh saudara-saudaranya yang lain akibat dengki hati.

Di sinilah buku ditutup dengan “bersambung pada buku Yusuf dan Saudara-saudaranya.” Cerita yang sudah terlalu akrab rasanya di telinga orang Islam. Yang mana mencuatkan pertanyaan, mengapa kisah Yusuf lebih populer daripada Yakub bapaknya? Padahal keduanya sama-sama diidentifikasikan sebagai bani Israil? Hmmm…
      edit

0 komentar:

Posting Komentar