Judul buku : Cikal Bakal Bani Israil (Father of Israel)
Penulis & ilustrator : Ibnu Nouval & Saifullah
Penerbit : PT Bina Ilmu, Surabaya (Proyek Pengadaan Buku Perpustakaan Dikmenum)
Jumlah halaman : 48
Nilai : 3 dari 5
Barangkali cukup aneh kalau saat ini, di tengah
sentimen anti-asing (baca: xenofobia) yang melanda Indonesia, pernah terbit
buku yang disponsori Depdikbud bertema bangsa Israel. Bangsa yang secara
teologis dibenci dan diniscayakan menjadi musuh oleh umat Islam. Tidak
terkecuali di Indonesia (ataukah terutama di Indonesia?).
Itu sebabnya sewaktu aku masih kecil aku sempat dilanda
kebingungan. Apakah Israel yang ada di buku ini adalah orang baiknya (the good guys), berlawanan dengan yang
kudengar selama ini. Era 1990-an, masa di mana aku dibacakan (oleh Ibu) dan
membaca buku ini, berita di TVRI juga sudah sering mengantagoniskan [negara] Israel
atas Palestina.
Adakah toleransi di masa 1980-an jauh lebih baik
dari saat ini atau kesadaran identitas agama belum sebegitu meruncing? Mungkin
memang benar bahwa reformasi 1998 memberi pengaruh besar terhadap pola pikir
rakyat Indonesia akibat longsornya Soeharto. Sekurangnya, seingatku, sentimen
anti-Israel sudah dimulai di sejumlah majalah “islami” bawah tanah menjelang
akhir 90-an.
Kurasa karena kebencian buta inilah yang membuat
kisah [nabi] Yakub tidak akrab di telinga orang beragama Islam. Di situlah
peran buku ini.
Buku Cikal Bakal
Bani Israil ini menceritakan asal usul bangsa Israel (bani Israil). Di
awali dari kelahiran Ishaq (Ishak) putra Ibrahim dengan Sarah. Ishaq menikahi
Rifqah dan dikarunia dua putra kembar yang diberi nama Yakub dan Ishu. Namun
Rifqah sangat pilih kasih. Dia lebih menyayangi Yakub yang lantas menyemai
dengki dalam hati Ishu.
Yakub menyadarinya. Dia kemudian meminta nasehat
Ishaq, ayahnya. Sang ayah menyarankan Yakub menyingkir ke negeri Faddan Araam,
ke rumah pamannya yang bernama Laban untuk menikahi salah satu dari dua
putrinya. Yakub menerima perintah itu dengan taat.
Dari sini petualangannya dimulai. Dan inilah momen
yang paling kuingat dari buku ini. Yakub mendapat gelar “Israil” karena dia
menempuh perjalanan dari Syam (Palestina) menuju Faddan Araam (di Irak) pada
malam hari dengan berjalan kaki, mengunakan bintang-bintang sebagai pedoman
arah. Israil artinya adalah orang yang berjalan di malam hari. Ketika siang
datang dan sinar matahari mulai memanas, Yakub beristirahat di bawah naungan
bongkahan batu besar. Kemudian dia melanjutkan perjalanan di kala gelap. Begitu
seterusnya hingga dia tiba di rumah pamannya.
Ilustrasi garapan Saifullah sangat bergaya "luar" yang mana aku suka |
Setelah bertemu pamannya, Yakub menyampaikan maksud
untuk menikahi salah satu putri pamannya. Pamannya (Laban) menyetujuinya asal
Yakub bersedia menggembala biri-biri mereka sebagai mahar perkawinan selama
tujuh tahun ke depan. Iya, benar. Tujuh tahun demi seorang gadis!
Sesudah tujuh tahun berlalu, Laban memenuhi janji.
Yakub dinikahkan dengan putri pertamanya, Laya. Tetapi Yakub menyampaikan bahwa
dia sebenarnya berharap dinikahkan dengan Rahil (adik Laya) yang lebih cantik.
Laban mengerti namun adat memang melarang seorang adik menikah mendahului
kakaknya. Untuk itu Yakub harus menggembala biri-biri [lagi] selama tujuh tahun
[lagi] jika mau mempersunting Rahil. Yakub menyanggupi.
Untuk tujuh tahun kemudian Yakub menjalani karir
sebagai gembala dengan sabar. Setelah total 14 tahun dia akhirnya bisa menikahi
Rahil, perempuan impiannya. Bayangkan! 14 tahun! Malu hukumnya kalau kamu sudah
menyerah hanya dalam hitungan hari.
Jadi hikmahnya adalah, selain pantang mengeluh, ada
baiknya kamu tidak minta secara spesifik anak orang mana yang akan kamu
persunting. Siapa tahu nasibmu semujur Yakub. Sebab bukan hanya dia beristri
dua bersaudari. Yakub juga menikahi dua pelayan mereka, Zulfah dan Balhah.
Tampil dwi bahasa (Indonesia dan Inggris). Yang kalau dicermati, bahasa Inggrisnya cukup alakadarnya. Mungkin dimaksudkan sebagai sarana belajar bahasa Inggris. |
Dari empat istri ini lahirlah dua belas anak yang
dikenal dengan nama Bani Israil. Dua di antaranya adalah Yusuf dan Bunyamin
(anak Yakub dengan Rahil). Meninggalnya Rahil, membuat Yakub—lagi-lagi seperti
ibunya dahulu—lebih menyayangi keduanya yang kelak berujung pada dibuangnya
Yusuf oleh saudara-saudaranya yang lain akibat dengki hati.
0 komentar:
Posting Komentar