Komik tipis ini mengandung
pesan moral yang nyaris selalu berulang: jangan lihat seseorang/sesuatu dari sisi
penampilan belaka dan tolonglah siapapun tanpa pandang bulu, mau bulunya punya
uang atau gak punya uang, tua atau muda. Jika butuh bantuan maka orang itu wajib
ditolong dengan ikhlas dan sepenuh hati tanpa ada pamrih. Dengan begitu engkau
akan mendapat ganjaran yang sertimpal.
Ceritanya seorang kakek misterius
berkelana dari desa ke desa. Ketika kehausan dia menghampiri rumah seorang kaya
dan meminta segelas air. Namun orang kaya itu menolak memberi. Kakek itu melanjutkan
perjalanan. Ketika dilihatnya ada sebuah kedai makan. Dia meminta makanan kepada
pemilik kedai, namun empunya kedai malah mengusirnya. Si kakek singgah di sebuah
rumah sederhana. Seorang pemuda menyambutnya. Dia hanya punya sepiring nasi,
namun melihat Si Kakek tampak lebih membutuhkannya maka diberikan nasi itu kepada
Si Kakek. Si Kakek pun pulang. Selang beberapa hari Si Orang Kaya menemukan
kendil terbuat dari emas, dia menyangka isinya pasti intan permata. Dia memanggil
tetangganya. Di hadapan mereka dia membuka kendil emas itu, tetapi isinya ternyata
ulat-ulat bulu yang banyak sekali dan mengerubuti rumah Si Kaya. Para tetanga
berlarian merasa jijik. Sementara itu Si Pemilik Kedai menemukan kendil perak. Dia
juga menyngka isinya adalah barang berharga, tapi begitu dibuka bau busuk
menyebar hingga seisi kedai. Meski sudah ditutup bau itu tidak hilang. Kedai pun
sepi. Kedua orang ini bangkrut dan hidup menggelandang. Sedangkan Si Pemuda
menemukan kendil tanah liat di depan rumah yang ternyata isinya adalah emas dan
permata. Dia sangat terkejut dan bersyukur. Dia lantas memberikan sebagian benda-benda
itu kepada kaum miskin. Begitulah buah dari sebuah pertolongan kecil yang ikhlas.
0 komentar:
Posting Komentar