Judul buku : Husein, Pahlawan dan
Syahid Besar
Penulis : Nawawi Rambe (penyadur) dari
Husain The Great Martyr (Fazl Ahmad)
Penerbit : Depdikbud, PT Bumi Restu (Percetakan)
Tahun terbit : 1985 (cetakan pertama: 1982)
Tahun terbit : 1985 (cetakan pertama: 1982)
Jumlah halaman : 70
Nilai : 3 dari 5
Buatku cukup aneh juga
ketika hari ini kaum Syiah terus dianggap sesat dan disudutkan oleh mayoritas penganut
Islam Sunni tanpa kecuali di Indonesia, namun melupakan kenyataan bahwa pernah
terbit buku cerita buah proyek pengadaan buku Depdikbud di mana ia mengisahkan
betapa heroiknya kematian Husein bin Ali bin Abu Thalib.
Husein memang cucu nabi
Muhammad—tokoh yang dihormati kalangan Sunni—tapi dia juga imam Syiah yang berperan
penting dalam haluan teologi Syiah. Aliran Islam yang dicap sesat oleh sebagian
penganut Sunni. Mungkin karena khawatir akan ke-syiah-an tersebut. Terdapat upaya
tersurat untuk lebih menghubung-hubungkan perjuangan Husein dengan perjuangan
kemerdekaan Indonesia (via jalur militer?) di bagian prakata.
“Kerelaan Husein mengorbankan
segala-galanya, telah mengangkat martabatnya sebagai pribadi yang luhur,
sebagai teladan dan lambang kebenaran dalam perjuangan abadi melawan
kezaliman…tokoh-tokoh pejuang demikian ini banyak pula terdapat di persada
tanah air kita, terutama pada masa puncak perjuangan merebut kemerdekaan Negara
Indonesia tercinta.”
Kurasa buku ini dibeginikan
karena posisinya yang tak lain adalah saduran dari buku lain berjudul Husain The Great Martyr karya Fazl Ahmad yang kita—aku tidak tahu seperti
apa isinya. Sehingga ketokohan Husein di buku ini barangkali direduksi oleh
penyadur/penulis Nawawi Rambe ke dalam bingkai perjuangannya atas suatu
cita-cita yang “setara” dengan perjuangan rakyat Indonesia dan karenanya layak
menjadi teladan generasi muda Islam di masa pembangunan (soal pembangunan ini disebut pada prakata).
Tapi jika ada satu yang
memikat dari buku ini bagi pembaca kiranya adalah universalitas nilai heroisme,
terlepas dari dia itu golongan Sunni atau Syiah. Kita jelas melihat betapa
kesyahidan (kemartiran) seseorang
dirayakan melintasi latar sejarah, budaya, bangsa, negara, dan agama.
Alur buku cerita ini persis
sama dengan narasi umum pertempuran di Karbala (battle of Karbala) yang bermula dari permusuhan antara pendukung
Ali bin Abu Thalib dan Muawiyah bin Abu Sofyan terkait kebijakan khalifah Usman
bin Affan yang dinilai oleh Ali terlalu bersifat kekeluargaan.
Naiknya Yazid sebagai
khalifah menimbulkan pertentangan di kalangan umat Islam. Selain karena
statusnya yang adalah putra Muawiyah (khalifah sesudah Hasan bin Ali mengundurkan diri), watak Yazid yang gemar berfoya-foya
menjadi pangkal penyebabnya. Ketika Yazid menuntut sumpah setia Husein
kepadanya, Husein menolak dan melarikan diri ke Mekkah.
Dukungan dari penduduk
Kufah (Irak) agar Husein menjatuhkan Yazid mengalir deras. Husein beserta pengikutnya
pun berangkat ke Kufah dari Mekkah meski mendapat tentangan dari
sahabat-sahabatnya. Mendengar ini gubernur Ibnu Ziad menyiapkan pasukan untuk
menghadang rombongan Husein.
Di padang Karbala, pergerakan
rombongan Husein ditahan oleh pasukan Al-Hurr. Mereka tidak diizinkan
melanjutkan maupun kembali ke Mekkah. Perundingan yang ditawarkan Husein dengan
diperantarai Umar bin Saad ditolak Ibnu Ziad. Umar bin Saad yang diperintahkan
menggempur rombongan Husein menawarkan agar Husein menyerah tanpa syarat.
Husein meminta waktu hingga keesokan harinya.
Malam itu Husein
menyampaikan kepada pengikutnya bahwa mereka boleh pulang demi menghindari
peperangan yang tak terelakkan. Tidak satupun dari mereka mundur. Mereka lalu menghabiskan
malam dengan berdoa bersiap untuk esok hari.
Tepat pagi hari 10
Muharram pertempuran sengit pecah. Pasukan Al-Hurr yang semula berada di pihak
Ibnu Ziad menyebrang ke pihak Husein. Husein dan pengikutnya yang kalah jumlah
bisa memberi perlawanan gigih hingga tengah hari di mana mereka semua pada
akhirnya gugur.
Tragedi ini memicu
serangkaian peristiwa saling balas antara kedua pendukung masing-masing pihak.
Disebutkan secara ringkas bahwa Khalifah Yazid meninggal dalam keadaan depresi,
Umar bin Saad tewas dibunuh, Syimar yang menamatkan Husein mati mengenaskan, Gubernur
Ibnu Ziad mati dipenggal. Sementara nama Husein abadi sebagai pahlawan.
0 komentar:
Posting Komentar