Rabu, 19 Agustus 2015

Ditulis 05.38 oleh with 0 comment

Gunung Tidar



Judul buku                : Gunung Tidar
Penulis                      : Sukaryati
ISBN                        : -

Penerbit                    : Nina Dinamika, Bandung
Tahun terbit              : 1995 (cetakan pertama 1993)
Jumlah halaman       : 55
Perancang kulit        :Saifur Rochim (ilustrator)

Nilai                          : 3 dari 5

Ini adalah buku lain lagi yang berasal dari masa kecilku. Tipis, penuh ilustrasi, imajinatif, dan ukuran hurufnya cukup besar sehingga kian memudahkan anak-anak untuk membacanya.  Buku ini menceritakan asal usul Gunung Tidar di Magelang. Bisa dibilang ia tergolong cerita rakyat sekaligus cerita wayang, karena seluruh karakter yang terlibat adalah para wayang (dari kalangan dewa).

Berikut ini kisah singkatnya. Dahulu pulau Jawa dan Sumatra masih bersatu. Suatu hari timbul goyangan di pulau ini sehingga ia terombang ambing bak kapal di tengah laut. Solusi dari para dewa adalah dengan memotong pulau jadi dua. Tapi Nagaraja (seekor naga) gagal memotongnya sama persis. Akibatnya goncangan di pulau yang lebih kecil (Jawa) malah makin besar, sementara pulau yang lebih besar (Sumatera) berhenti. Para dewa lalu menabur tanah dari Semeru di sepanjang Pulau Jawa. Taburan tanah berubah menjadi gunung dan bukit. Goncangan memang berkurang tapi tidak berhenti karena penaburan tanah tidak merata. Akhirnya Batara Ismaya dipanggil. Ia lalu menancapkan paku dari kayu pohon sawo tepat di tengah-tengah Pulau Jawa. Paku ini berubah ujud menjadi gunung yang dinamakan oleh Batara Guru sebagai Gunung Tidar.

Ceritanya mirip dengan asal usul Gunung Merapi, bahkan Gunung Merapi dan gunung lainnya di Pulau Jawa sempat disebut di sini sebagai bagian dari tebaran tanah Gunung Semeru, tempat tinggal para dewa. Ah, biasalah cerita rakyat saling mirip dan meminjam satu sama lain, namanya juga cerita lisan turun temurun. Tapi bagaimana pun muncul kecurigaanku saat membaca bagian “penutup” (entah oleh penulis asli atau oleh siapa) yang pakai menyebut-nyebut komplek pendidikan Akabri dan SMA Taruna di puncak Gunung Tidar (nan gagah) yang lalu dihubung-hubungkan dengan legenda ini.

“Di tempat itu para taruna dididik untuk menjadi paku-paku yang akan menyelamatkan Negara Republik Indonesia dari goncangan-goncangan yang mengganggu keamanan.” (Sukaryati,1995:54)


Gunung Tidar lewat buku proyek Depdikbud zaman Orba ini dimitoskan sebagai kawah candradimuka penggemblengan calon tentara penjaga (seperti paku Batara Ismaya—dewanya orang Jawa) dari gangguan terhadap keamanan (yang akan membuat goncangan di Pulau Jawa/negeri).
salah satu halaman dalam buku Gunung Tidar memperlihatkan Ismaya alias Semar
      edit

0 komentar:

Posting Komentar