Judul buku : Gunung Tidar
Penulis : Sukaryati
ISBN : -
Penerbit : Nina Dinamika, Bandung
Tahun terbit : 1995 (cetakan pertama 1993)
Jumlah halaman : 55
Perancang kulit :Saifur Rochim (ilustrator)
Nilai : 3 dari 5
Ini adalah buku lain lagi yang
berasal dari masa kecilku. Tipis, penuh ilustrasi, imajinatif, dan ukuran
hurufnya cukup besar sehingga kian memudahkan anak-anak untuk membacanya. Buku ini menceritakan asal usul Gunung Tidar
di Magelang. Bisa dibilang ia tergolong cerita rakyat sekaligus cerita wayang,
karena seluruh karakter yang terlibat adalah para wayang (dari kalangan dewa).
Berikut ini kisah singkatnya.
Dahulu pulau Jawa dan Sumatra masih bersatu. Suatu hari timbul goyangan di
pulau ini sehingga ia terombang ambing bak kapal di tengah laut. Solusi dari
para dewa adalah dengan memotong pulau jadi dua. Tapi Nagaraja (seekor naga)
gagal memotongnya sama persis. Akibatnya goncangan di pulau yang lebih kecil
(Jawa) malah makin besar, sementara pulau yang lebih besar (Sumatera) berhenti.
Para dewa lalu menabur tanah dari Semeru di sepanjang Pulau Jawa. Taburan tanah
berubah menjadi gunung dan bukit. Goncangan memang berkurang tapi tidak
berhenti karena penaburan tanah tidak merata. Akhirnya Batara Ismaya dipanggil.
Ia lalu menancapkan paku dari kayu pohon sawo tepat di tengah-tengah Pulau
Jawa. Paku ini berubah ujud menjadi gunung yang dinamakan oleh Batara Guru
sebagai Gunung Tidar.
Ceritanya mirip dengan asal
usul Gunung Merapi, bahkan Gunung Merapi dan gunung lainnya di Pulau Jawa
sempat disebut di sini sebagai bagian dari tebaran tanah Gunung Semeru, tempat
tinggal para dewa. Ah, biasalah cerita rakyat saling mirip dan meminjam satu
sama lain, namanya juga cerita lisan turun temurun. Tapi bagaimana pun muncul
kecurigaanku saat membaca bagian “penutup” (entah oleh penulis asli atau oleh siapa) yang pakai
menyebut-nyebut komplek pendidikan Akabri dan SMA Taruna di puncak Gunung Tidar
(nan gagah) yang lalu dihubung-hubungkan dengan legenda ini.
“Di
tempat itu para taruna dididik untuk menjadi paku-paku yang akan menyelamatkan
Negara Republik Indonesia dari goncangan-goncangan yang mengganggu keamanan.” (Sukaryati,1995:54)
Gunung Tidar lewat buku proyek
Depdikbud zaman Orba ini dimitoskan sebagai kawah candradimuka penggemblengan calon
tentara penjaga (seperti paku Batara Ismaya—dewanya orang Jawa) dari gangguan
terhadap keamanan (yang akan membuat goncangan di Pulau Jawa/negeri).
salah satu halaman dalam buku Gunung Tidar memperlihatkan Ismaya alias Semar |
0 komentar:
Posting Komentar