Judul buku : Bunga Mawar
Penulis : Bagindo Saleh
ISBN : -
Penerbit : Balai Pustaka, Jakarta
Tahun terbit : 1977-cetakan kesembilan (cetakan pertama tahun 1939)
Jumlah halaman : 67
Gambar oleh : Bahar
Gambar oleh : Bahar
Harga beli : -
Nilai : 4 dari 5
Buku kumcerpen ini berisi lima dongeng yang kaya akan fantasi. Membacanya serasa di bawa ke sebuah
petualangan berlatar masa lalu di kala keajaiban-keajaiban tidak masuk nalar masih
mungkin terjadi di alam nyata. Keajaiban itu tampak dari hewan-hewan yang bisa berbicara
dan berinteraksi dengan manusia di “Rumah Kecil dalam Hutan” dan “Tikus Siluman,”
bahkan benda mati sekalipun seperti dalam dongeng “Gadis Gembala Angsa.” Di
dongeng ini manusia juga dapat berinteraksi dengan alam sekitar dengan memanggil
angin untuk bertiup sekencangnya.
Tikus Siluman |
Gadis Gembala Angsa |
Seperti kebanyakan dongeng yang
selalu punya pesan moral. Maka kisah-kisah di buku ini hendak menegaskan berkali-kali agar
seorang tidak melihat penampilan (sisi luar) belaka tanpa mengenali lebih jauh.
Sebab penampilan luar (pakaian dan tampang) bisa sangat menipu.
Pesan ini merasuk dalam genre khusus yang jika boleh aku kategorikan maka kumpulan dongeng ini masuk kategori cerita-cerita tentang “Princess” seperti yang umum diadaptasi oleh Disney ke film animasinya: Tuan Putri nan cantik akan berjodoh dengan Sang Pangeran nan tampan di mana pangeran tampan adalah template yang bisa diganti dengan nasib mujur, asalkan dia bersedia menderita lahir batin mengikhlaskan perbuatan jahat dari orang-orang yang berusaha menjatuhkannya. Yap, memang agak membosankan pesannya, tapi jika kamu masih kecil maka cerita model ini sungguh sangat enak dibaca.
Pesan ini merasuk dalam genre khusus yang jika boleh aku kategorikan maka kumpulan dongeng ini masuk kategori cerita-cerita tentang “Princess” seperti yang umum diadaptasi oleh Disney ke film animasinya: Tuan Putri nan cantik akan berjodoh dengan Sang Pangeran nan tampan di mana pangeran tampan adalah template yang bisa diganti dengan nasib mujur, asalkan dia bersedia menderita lahir batin mengikhlaskan perbuatan jahat dari orang-orang yang berusaha menjatuhkannya. Yap, memang agak membosankan pesannya, tapi jika kamu masih kecil maka cerita model ini sungguh sangat enak dibaca.
Dongeng-dongeng dalam
buku ini adalah saduran (akibatnya kita jadi kesulitan mencari tahu seperti apa dongeng aslinya. apakah itu Grimm bersaudara?), sebagaimana tertulis pada halaman Pendahuluan:
“Buku
Bunga Mawar ini, tersusun dari beberapa cerita yang dipilih dari buku
“Sprookjes van Grim dan Sprookjes Vertelingen van Hichtum” yaitu dongeng barat
yang amat populer. Tetapi persamaannya hanya maksudnya saja. Sebab dongeng
baru, lagi disampaikan dengan alam pikiran anak-anak Indonesia. Sungguhpun demikian
taklah mengurangi tamsil ibarat baik yang terkandung di dalamnya.” (Saleh, 1977:7).
Bentuk-bentuk saduran ini
menjadikan cerpen-cerpen hadir unik, unik karena berasa ada campurannya (hibrid). Dalam cerpen
“Rumah Kecil dalam Hutan” ada seorang pangeran yang dikutuk oleh Betara Guru menjadi
seorang tua berjanggut panjang, meskipun jelas ia bukan cerita wayang dan lebih
seperti cerita dari Eropa tapi dengan gaya bahasa Melayu.
Gaya Eropa ini bahkan bisa langsung kelihatan dari ilustrasi laki-laki berpakaian layaknya Robin Hood pada sampul depannya, Namun menariknya pada ilustrasi di bagian dalam latar lokasi seperti berpindah ke timur tengah dan latar Melayu masa lalu dengan munculnya perempuan berkerudung dan laki-laki bersurban.
Gaya Eropa ini bahkan bisa langsung kelihatan dari ilustrasi laki-laki berpakaian layaknya Robin Hood pada sampul depannya, Namun menariknya pada ilustrasi di bagian dalam latar lokasi seperti berpindah ke timur tengah dan latar Melayu masa lalu dengan munculnya perempuan berkerudung dan laki-laki bersurban.
Ilustrasi "Si Kulit Beruang" yang hibrid |
0 komentar:
Posting Komentar